Prosesi pelantikan sudah usai, rating kinerja, tanggungjawab dan kewajiban mulai dikalkulasikan. Bukan merupakan sebuah ketegasan secara politis, melainkan menuju fase-fase yang sesungguhnya akan berlangsung tanpa mendahulukan kepentingan pihak siapa atau kepentingan apapun.
Terhitung saat pelantikan berlangsung hingga periode berakhirnya tanggungjawab dan kewajiban ditentukan secara regulasi dalam kepemimpinan sebagai Gubernur.
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur DKI Jakarta yang baru segera mengemban amanat yang telah diberikan oleh masyarakat. Berdua sebagai Gubernur dan Wakil, mulai menghadapi dinamika Jakarta dengan sigap dan tegas tentunya.
Babak baru akan mulai dari detik ini, tanpa harus menunggu lama setelah melewati fase pemilihan, proses pelantikan dan menuju kepada realisasi baik program kerja maupun penuhi janji politik terhadap masyarakat.
Kerja, kerja dan kerja. Tapi bukan itu semboyan Gubernur DKI yang baru. Kerja merupakan hal utamanya sebagai seorang pemimpin. Dilakukan dengan penuh tanggungjawab tanpa mengabaikan segenab regulasi dan dinamika yang terjadi ditengah masyarakat sosial.
Istana Merdeka, Senin (16/10) Pelantikan Gubernur DKI Jakarta berjalan sesuai dengan yang dinginkan, aman, tentram serta lancar tanpa kendala apapun. Begitu keingin masyarakat.
Menghadapi dinamika baru di kota Jakarta, ada dua asumsi pokok yang akan mengarahkan kita pada harapan dan ramalan dalam melaksanakan kerja.
Asumsi pertama, ditegaskan sebagai harapan sebab tanggungjawab secara hak sudah saatnya direalisasikan paska pelantikan adalah wajib.
Tentunya tanpa mengabaikan nilai secara garis besar dalam kepemimpinan, membawa Jakarta pada babak baru yang terprogres. Ukuran sebagai output kinerja yang direalisasikan akan terlihat dengan jelas. Kepuasan dan kepedulian masyarakat, mendukung serta mendorong amanat dengan persepsi juga cara yang berbeda.
Agar tidak terdapat keresahan ditengah jalan kepemimpinan Gubernur DKI yang baru, sebagai pemimpin baru saatnya membondong perangkat lain untuk ikut sertakan menjalankan pemerintahan periodesasinya.
Secara progresif, tentunya keingin semua pihak adalah sama. Benar-benar bertanggungjawab untuk Jakarta. Kalaupun terjadi kendala, menuai problem pada saat kepemimpinan ini berjalan maka yang demikian akan melahirkan banyak asumsi baik positif dan negatif, belum secara politis seperti apa kinerja pemimpin baru.
Asumsi yang kedua adalah ramalan, bisa dipastikan. Pada asumsi kedua ini banyak kalangan bukan hanya politisi dan praktisi saja, seluruh yang memiliki kepentingan dan keinginan akan bersama-sama mendikte kinerja kepemimpinan mulai dari tanggal proses pelantikan berlangsung sampai pada akhir periodesasinya.
Dalam asumsi kedua ini, kita bisa membedah dari dari dua sisi untuk mengetahui sedikit dari ketegasan ramalan yang hampir sama dengan keinginan.
Pertama, adalah ramalan kelompok-kelompok tertentu, individu dan lainnya yang secara politis bisa jadi tidak mendukung dan berpartisipasi dalam mendorong realisasi program kerja yang akan dijalankan.
Ramalam ini lebih mengarah kepada kegagalan dan tidak mampunya kepemimpinan saat ini serta bisa jadi akan berhenti ditengah jalan. Buah ramalan ini terbaca sebagai sebuah ketegasan atau semacam buah dari keinginan bahwa untuk ukuran kepemimpinan secara politis Gubernur baru tidak mampu mengendalikan dinamika Jakarta yang sesungguhnya. Ini memang miris.
Atau pun, ada semacam mimpi-mimpi yang bisa digambarkan adalah sebuah respon bahwa kepemimpinan saat ini adalah hasil dari demokrasi yang bobrok selama sejarah demokrasi yang berlangsung dinegara ini, menurut beberapa asumsi lainnya. Ini ihwal kelompok-kelompok tertentu dan hanya berupa asumsi ramalan.
Kedua, nonpolitis. Dari sisi nonpolitis mereka menggambarkan ketidakmapuan pemimpin baru dalam beberapa bentuk secara skil sesuai dengan pengalaman dan track record. Pada sisi kedua ini biasanya tidak terlalu bersifat menekan sebab didalamnya adalah invidu masyarakat, politisi, Praktisi akademis dan orang-orang berfikiran luas.
Dari harapan dan ramalan dengan dua asumsi sederhana ini dapat kita berikan sedikit simpulan yang itu sifatnya tidak berpihak pada siapapun, tidak mendikte kegagalan sebelum seorang pemimpin menjalankan kinerjanya.
Asumsi harapan dan ramalan ini bisa kita pastikan benar, bisa juga salah sesuai porsi pengetahuan dan pengukuran dari sisi manapun. Maksudnya, ini masih dalam sifat sebuah asumsi yang jawabannya baru dapat di ketahui saat kinerja atau kepemimpinan berlangsung.
Yang jelas tanggungjawabnya ada pada pihak secara politis juga. Sedangkan pemerintahaan adalah milik seluruh, bukan milik kelompok. Tugas sebagai pemimpin adalah melayani rakyat secara menyeluruh. Ini hanya asumsi?
Dalam babak baru kepemimpinan membawa jakarta pada fase perubahan besar mulai dari persiapan menjadi seorang pemimpin sampai pada proses demokrasi dan hasil yang terpilih sudah dilewati dengan tanda pelantikan tersebut.
Tidak terlepas dari mata rantai pengawalan, baik itu dari pihak pendukung dan pihak yang sengaja dalam asumsi ramalan adalah kelompok tertentu yang menilai serta meramal ketidakmampuan sebelum kepemimpinan berjalan.
Kepastian kesuksesan atau tidak merupakan asumsi seluruh. Tetapi menjaga agar segala berjalan seperti amanat masyarakat adalah sekiranya bukan sebuah guyonan. Ini kepentingan bersama.
Walaupun dinamika jakarta sedikit memiliki tensi serta pergolakan kepentingan dari banyak sisi. Untuk menghadapinya, sorang pemimpin memiliki kesiapan serta kekuatan perangkat pendukungnya. Intinya bergerak dari sekarang adalah jawaban tuk pecahkan asumsi-asumsi yang kita sebut diatas.
Dengan banyak cara, membedah asumsi dalam harapan dan ramalan, jika benar asumsi harapan tidak terpenuhi maka ramalan bisa jadi benar. Begitupun sebaliknya. Jika harapan-harapan bisa terpenuhi maka ramalan bisa jadi meleset kemana-mana.
Yang selanjutnya adalah mata pemimpin bisa membaca semua potensi yang ada dalam dinamika jakarta yang terbilang cukup ruwet ini.
Mata dalam artian, keutamaan menjalankan program kerja dengan sistem membuka komunikasi kepada semua pihak, melakukan interaksi rill, melihat sejauh mana kondisi ramalan yang akan terjadi.
Karenanya, dalam perspektif sederhana. Dalam sebuah periodesasi, selalu ada pihak pro dan kontra. Sebagai permulaan atau pembuka perogram kerja, mata itu bertugas mengawasi
Pada titik ini, perjuangan akan dimulai. Awal yang baik belum tentu merupakan akhir yang baik, sebaliknya demikian dalam sebuah kepemimpinan. Gubernur DKI Jakarta yang baru akan menjawab asumsi harapan dan ramalan mulai dari detik ini, besok dan sampai pada berakhirnya karir kepemimpinan sebagai Gubernur
"Tanggal 16/10, babak ini segera dimulai, dan perjalanan panjang akan mendikte sendiri keberhasilan dari kerja keras serta semangat membangun Jakarta"
Kita lihat, asumsi harapan dan ramalan ini kapan terjawab?
Sumber : Kompasiana.com
Post a Comment