Yang Perlu Diketahui tentang Kesepakatan Nuklir Iran

Yang Perlu Diketahui tentang Kesepakatan Nuklir Iran

Secara resmi, kesepakatan Nuklir Iran disebut Geneva Accord and the Joint Plan of Action, kadang juga disebut Iran Deal, yang diteken pada 14 Juli 2015 oleh Iran dan kelompok 5+1 (Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Perancis + Jerman). Dan pelaksanaan penuh perjanjian itu akan dilakukan secara bertahap, dengan mengacu pada kepatuhan Iran pada pasal-pasal dan klausul tambahan di perjanjian.
Isu ini kembali menjadi head-line media-media global, setelah Presiden Donald Trump pada 13 Oktober 2017 berpidato, yang menegaskan tidak dan tidak akan memberikan sertifikasi (pengakuan) bahwa Iran telah mentaati semua semua kesepakatan. Sertifikasi Presiden Amerika merupakan syarat yang harus dipenuhi setiap 60 hari, untuk dijadikan acuan oleh Kongres Amerika guna menyetujui atau menolak persetujuan lanjutan untuk Geneva Accord.
Dengan kata lain, tidak adanya sertifikasi dari Presiden Donald Trump, bukan berarti secara otomatis membatalkan Geneva Accord, bukan berarti Amerika mencabut diri dari kesepakatan tersebut. Keputusan Trump hanya akan dijadikan acuan oleh Kongres untuk mengambil keputusan lanjutan. Meskipun keputusan Donald Trump tersebut memang berpotensi diikuti oleh Kongres Amerika, yang kini dikuasai Partai Republik.
Dalam tanggapannya yang ditayangkan langsung sejumlah televisi satelit beberapa jam setelah Donald Trump berpidato, Presiden Iran Hassan Rouhani merespon keras dan menegaskan beberapa poin: Geneva Accord adalah dokumen internasional, yang dicapai melalui negosiasi multilateral, bukan bilateral. Karena itu, Amerika tidak berhak membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak. Semua tudingan Donald Trump sama sekali tidak benar.
Yang menarik dari pernyataan Hassan Rouhani bahwa Genewa Accord merupakan perjanjian tertutup, dan tidak satupun negara yang berhak mengubah secara sepihak pasal-pasal dan klausul perjanjian. Pernyataan ini mengingatkan kita pada perjanjian perdamaian Camp David antara Mesir dan Israel 1979, yang juga berisi klausul yang sampai saat ini belum dipublikasikan, dan tidak banyak orang yang mengetahuinya.
Apapaun itu, beberapa catatan berikut mungkin menarik untuk terus dimonitor dan dicermati:
Pertama, bahwa tujuan utama kesepakatan nuklir Iran adalah mencegah Iran mampu membuat senjata nuklir atau mencegah Iran mencapai kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir baik dalam waktu dekat ataupun secara klandestein.
Tapi kalau dicermati, Geneva Accord dan sejumlah negosiasi sebelumnya, justru menjadi pengakuan de facto bahwa Iran sudah termasuk dalam kelompok negara-negara nuklir, yang populer dengan sebutan nuclear club.
Kedua, keputusan Donald Trump yang tidak memberikan sertifikasi bahwa Iran mematuhi syarat-syarat perjanjian hanya didukung oleh beberapa negara, yaitu Israel, bersama tiga negara Arab (Saudi Arabia, Bahrain, Uni Arab Emirat). Ketiga negara Arab ini merupakan negara-negara yang memboikot Qatar. Menarik dicermati kenapa Mesir tidak/belum mendukung, padahal Mesir juga termasuk negara yang memboikot Qatar dan menentang penetrasi Iran di negara-negara Teluk Persia.
Ketiga, sangat menarik bahwa keputusan Donald Trump yang tidak memberikan sertifikasi justru ditantang secara frontal oleh sekutu tradisionalnya: Uni Eropa, Perancis, Inggris dan Jerman. Sisa anggota Dewan Keamanan lainnya (Rusia dan China ) memang sejak awal mengecam langkah agresif Donald Trump terkait Geneva Accord. Rusia bahkan sempat mempertanyakan, apa sih untungnya bagi Amerika jika keluar dari Genewa Accord.
Keempat, yang unik, sebab Badan Atom Internasional (IAEA = International Atomic Energy Agency) justru menegaskan bahwa sejauh ini Iran mematuhi dan melaksanakan syarat-syarat Geneva Accord. Dan mestinya, laporan IAEA itu yang dijadikan acuan oleh Amerika. Karena itu, ketua IAEA juga menolak pernyataan Donald Trump yang menyebutkan Iran melanggar pasal-pasal perjanjian. Sebab pihak yang berhak menyatakan Iran patuh atau melanggar adalah IAEA.
Kelima, tidak adanya sertifikasi dari Donald Trump, yang mewakili eksekutif di Amerika, memang bisa mendorong Kongres Amerika (Legislatif) untuk mengambil keputusan membatalkan Geneva Accord. Namun itu masih akan berproses beberapa minggu ke depan.
Salah satu poin yang dikhawatirkan  oleh Iran, jika Amerika keluar dari Genewa Accord, karena Amerika merupakan negara yang paling mungkin membatasi atau menghukum perusahaan-perusahaan multi nasional dalam melakukan transaksi dengan Iran. Terkait ini, pada 13 Oktober 2017, Donald Trump membuat status di akun Twitter-nya yang mengatakan, "Many people talking, with much agreement, on my Iran speech today. Participant in the deal are making lots of money on trade with Iran! (banyak orang setuju dengan pidato saya tentang Iran hari ini. Banyak orang yang mendapatkan keuntungan finansial yang besar dari perjanjian perdagangan dengan Iran".
Karena itu, penolakan Donald Trump untuk memberikan sertifikasi lebih bermotif politik dan bisnis. Sebab ada sinyalemen yang menyebutkan bahwa pihak yang paling diuntungkan oleh Geneva Accord adalah perusahaan besar dari Eropa, Rusia dan China.
Keenam, mengacu pada sejumlah pernyataan dari Teheran, sejauh ini, tampak jelas bahwa Iran memposisikan Geneva Accord sebagai perjanjian terbaik yang mungkin dicapai terkait program nuklirnya. Karena itu, kecil kemungkinan Iran akan menarik diri dari Geneva Accord. Namun seperti ditegaskan sebelumnya oleh Presiden Iran Hassan Rouhani, "jika Amerika membatalkan perjanjian, maka dalam beberapa hari saja, Iran mampu melanjutkan program nuklirnya ke kondisi sebelum Geneva Accord ditandatangani".
Ketujuh, harapan Iran dari Geneva Accord adalah Iran dibebaskan dari sanksi dan blokade ekonomi yang telah melumpuhkan sumber daya ekonominya, khususnya klausul larangan ekspor minyak dan gas; tidak boleh melakukan impor teknologi untuk mengeksploitasi sumber daya energinya; dan Iran tidak boleh melakukan transaksi keuangan antar bank di dunia melalui sistem SWIFT (sebuah sistem transfer antar perbankan internasional). Catatan, semua saknsi lain terhadap Iran yang terkait isu pelanggaran HAM, isu dukungannya kepada kelompok teror, dan program rudal balistiknya tidak termasuk dalam Geneva Accord.
Syarifuddin Abdullah | 14 Oktober 2017 / 24 Muharram 1438H
--------------
Genewa Accord tentang nuklir Iran berisi antara lain:
  • Iran harus mengurangi installed enrichment centrifeges-nya dari 19.000 menjadi 6000, dan hanya 5.000 di antaranya yang bisa di-spinning. Dan tidak satu pun yang boleh diproses lebih lanjut selama paling kurang 10 tahun. Semua bentuk penelitian lanjutannya harus  mengikuti standar dan atas persetujuan IAEA.
  • Fordow, instalasi nuklir Iran kedua (yang pertama adalah Reaktor Natanz), yang berlokasi di dalam dalam gunung, harus menghentikan semua bentuk kegiatan pengayaan uranium dan status diubah menjadi hanya pusat penelitian fisika. Iran juga tidak boleh memproduksi atau menyimpan fissile material selama paling kurang 15 tahun.
  • Iran harus mengurangi stok uraniumnya yang sudah mengalami proses pengayaan tingkat rendah (yang bisa diubah menjadi material senjata nuklir) dari 10.000 kg menjadi hanya 300 kg, selama kurun waktu 15 tahun.
  • Reaktor Iran yang berkategori heavy-water di Arak harus didesain ulang dari fungsi utamanya yang memproduksi plutanium kategori weapon-grade, harus dihapus dan dihancurkan. Dan tidak boleh lagimembangun reaktor berkategori heavy-water selama 15 tahun.
  • Bila muncul kecurigaan dari para pihak, maka IAEA berhak melakukan inspeksi terhadap semua fasilitas nuklir Iran tanpa kecuali, dengan pemberitahuan ataupun tanpa pemberitahuan sebelumnya, selama pemeriksaan itu dilakukan berdasarkan argumen yang kuat (bukan asal curiga).
  • Iran juga harus mengumumkan fasilitas dan program nuklirnya yang berkategori Possible Military Dimensions(PMDs).
Sumber : Kompasiana.com

Post a Comment

[blogger][disqus][facebook][spotim]

Unib Corner

{facebook#https://facebook.com/unib.corner} {twitter#https://twitter.com/unibcorner17} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCabAbOrEQXOngEET_6S1U7w?view_as=subscriber} {instagram#https://instagram.com/unibcorner}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Theme images by enjoynz. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget