Iklan pada Situs Media "Online", Mengganggu atau Tidak?

Internet merupakan suatu kegiatan yang berasal dari kombinasi ribuan jaringan komputer, yang saling mengirim dan menerima data dari seluruh dunia. Pada awalnya, Internet hanya dikembangkan untuk membantu komunikasi peneliti, ilmuwan, dan tenaga pendidik. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kemunculan Internet kemudian menyebabkan munculnya produk media baru dan persaingan baru dalam bisnis media. Internet memang benar-benar berbeda dari media tradisional lainnya. 
Apabila media lama seperti surat kabar, tabloid, hingga televisi hanya terbatas pada satu kegiatan penyampaian, Internet justru dapat menyampaikan beberapa macam media secara sekaligus dengan teknik menggabungkan teks, gambar, suara dan video melalui penggunaan teknologi komputer.
 Hampir semua situs yang kita temui di Internet telah mampu menggambarkan semua bentuk media komunikasi dengan menggabungkan teks, gambar, suara dan video sekaligus. Sebagai contoh, situs kapanlagi.com misalnya. Situs yang sudah beroperasi sejak Agustus 2003 ini fokus utamanya adalah pada berita infotainment yang terdiri dari selebriti (baik lokal maupun mancanegara), musik, film hingga lirik lagu. Meski begitu, produk jurnalistik yang dihasilkan oleh situs kapanlagi.com tidak selalu dalam bentuk artikel melainkan bisa juga dalam bentuk video. Pada situs kapanlagi.com produk jurnalistik ini disebut sebagai "Video Kapanlagi", yang mana video ini berisikan mengenai interview tim liputan kapanlagi.com dengan selebriti tertentu.
 Salah satu hal lain yang membuat Internet terlihat semakin berbeda sebagai media massa dengan media tradisional lainnya adalah kapasitasnya yang mampu untuk menggabungkan perdagangan dengan akses terhadap informasi dan hiburan (Biagi, 2010: 242). Terdapat tiga sumber potensial penerimaan di Internet, yaitu promosi perdagangan (promoting commerce) (menghubungkan antara penjual dengan pembeli potensial), penerimaan iklan (accepting advertising), dan penyediaan konten online (providing online content) (Biagi, 2010: 243).
 Bagi sebagian besar orang yang memiliki bisnis jual-beli, keberadaan internet yang berkembang pesat memang sangat menguntungkan karena dapat melebarkan ranah bisnis yang telah mereka miliki sebelumnya. Kenyataan bahwa diluar sana terdapat jutaan calon konsumen yang berasal dari berbagai negara dan mungkin banyak juga yang belum tahu dengan barang atau jasa yang menjadi produk bisnis dari para pengiklan, tentu dilihat sebagai tantangan baru yang layak untuk dicoba.
Salah satu langkah yang harus diambil tentunya dengan melakukan pemasaran atau memasang iklan. Melakukan pemasangan iklan lewat media internet yang memiliki potensial penonton yang besar, jelas dapat menimbulkan dampak yang berbeda sekaligus jauh lebih besar daripada ketika memasang iklan di surat kabar, majalah, radio hingga televisi.
Para pengiklan biasanya akan berbondong-bondong menuju ke situs-situs besar yang ada di Internet. Situs-situs tersebut biasanya sudah cukup lama beroperasi, telah memiliki reputasi atau image-nya sendiri sehingga pasar konsumennya pun jelas. Lewat situs-situs besar seperti itu, biasanya para pengiklan mengharapkan mendapat respons dan keuntungan karena jumlah pengguna internet yang terus melambung. Oleh karena itu biasanya dalam satu situs internet bisa terdapat beberapa iklan yang berasal dari perusahaan atau organisasi yang berbeda-beda.
 Misalnya dalam tampilan pertama atau tampilan home situs kapanlagi.com yang menampilkan lima iklan. Iklan-iklan tersebut dapat berupa iklan banner maupun iklan pop-up. Iklan bannermerupakan iklan yang bergulir pada situs web atau muncul dalam sebuah kotak pada situs, sedangkan iklan pop up adalah iklan yang muncul tiba-tiba baik baik di belakang layar situs web ketika seseorang hendak meninggalkan situs tersebut maupun ketika seseorang pertama kali mengunjungi situs web tersebut (Biagi, 2010: 207).
Selain kedua jenis iklan yang telah disebutkan di atas, terdapat juga iklan yang dinamakan click-through rate (suatu tingkat di mana seseorang yang melihat pesan iklan pada situs internet dapat meng-klik untuk mengetahui iklan secara lebih lanjut) (Biagi, 2010: 207).
 Agar mendapatkan keuntungan maksimal, hanya bergantung dengan cara memasang iklan saja tentu tidak cukup. Pengiklan juga harus memiliki strategi yang jitu agar iklan yang mereka pasang dapat menarik perhatian pengguna internet dan meyakinkan mereka untuk mau meng-klik lebih lanjut terhadap iklan tersebut. Namun sayangnya, beberapa iklan yang dapat ditemukan di Internet terkadang justru seperti cenderung memaksakan diri agar iklan tersebut dilihat oleh pengguna Internet.
Pada situs berita kapanlagi.com misalnya, untuk iklan banner yang diletakkan pada bagian awal, pertengahan hingga akhir situs memang tidak memberikan banyak gangguan ketika kita membaca namun lain halnya dengan iklan pop-up yang mereka miliki. Iklan pop-up pada situs kapanlagi.com tidak langsung muncul di layar gadget ketika kita baru pertama kali masuk ke dalam situs kapanlagi.com, namun ketika sudah di scroll ke bawah agar kita dapat membaca konten-konten berita secara lebih lanjut, iklan pop-up tersebut barulah muncul dengan ukuran yang menutupi hampir seluruh permukaan layar dan hanya menyisakan sedikit sekali spaceyang tersisa untuk membaca.
Selain pada tampilan artikel, dalam fitur "Video Kapanlagi" juga mengandung iklan yang memiliki durasi bermacam-macam, yaitu bisa sepuluh detik hingga lima belas detik. Iklan dalam "Video Kapanlagi" biasanya meminta pengguna untuk menyaksikan iklan terlebih dahulu selama lima detik sebelum akhirnya muncul tombol skip yang dapat di klik dan berguna dalam membantu penonton yang tidak memiliki keinginan untuk menonton kelanjutan dari iklan tersebut.
 Situs berita lainnya yang juga dipenuhi oleh keberadaan iklan adalah detik.com. Detik.com merupakan salah satu situs jurnalisme online yang terdapat di internet dan sudah cukup populer di Indonesia. Bentuk iklan yang memenuhi situs Detik.com adalah iklan banner dan iklan video. Namun apabila diakses melalui smartphone, iklan pop-up pun dapat muncul.
 Keberadaan iklan dalam situs-situs berita memang mempunyai kepentingan bagi hampir seluruh pihak yang terlibat dalam mengakses situs tersebut. Pertama, bagi pihak pebisnis yang mengiklankan produk atau jasa mereka dalam situs-situs berita tersebut. Dengan memasarkan produk atau jasa mereka ke situs-situs berita tersebut, pasar konsumen mereka pun menjadi bertambah luas. Belum lagi dengan kenyataan bahwa situs-situs tersebut telah populer dan banyak diakses oleh hampir seluruh orang yang berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Kedua, bagi pihak situs berita itu sendiri dimana pendapatan utama mereka mayoritas berasal dari banyaknya pengiklan yang masuk dan memasang iklan di situs mereka. Lalu, apakah para audience yang mengakses situs berita tersebut juga mendapatkan dampak yang positif dari pemasangan iklan yang memenuhi tampilan situs berita? Tidak bisa dipungkiri bahwa pemasangan iklan sebenarnya juga memberi warna yang lain pada audience yang mengakses situs berita. Belum lagi jika iklan-iklan tersebut mengandung pesan yang sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan yang sedang dicari oleh audience.
Namun tidak selamanya iklan dalam situs berita dapat memberi dampak yang positif. Terkadang terdapat juga iklan yang justru mengganggu fokus atau konsentrasi pembaca yang hendak membaca. Contohnya, iklan pop-up yang mendadak muncul ketika pembaca sedang membaca sampai di pertengahan berita. Memang dalam iklan pop-up terdapat pilihan untuk menekan tombol close yang berfungsi untuk menutup jendela iklan tersebut, namun tidak semua iklan pop-up dapat semudah itu untuk ditutup. Terkadang meskipun pembaca sudah meng-klik ikon close, iklan tersebut tetap di tempat atau justru membuka tab baru tanpa pembaca minta.
Penempatan iklan yang tidak beraturan pada layout juga dapat mengganggu fokus pembaca. Hal-hal seperti ini tentu saja menganggu tujuan awal dan fungsi dari situs-situs berita tersebut, karena pada dasarnya media massa seperti situs-situs berita tersebut dibentuk untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya maupun di tempat lain yang jauh dari jangkauan mereka.
Alangkah lebih baik apabila pihak media dapat lebih bijak dalam menempatkan iklan-iklan tersebut dan membedakan mana yang lebih penting untuk didahulukan antara iklan atau berita. Selain demi mengutamakan kenyamanan pembaca, semua ini agar tujuan dan fungsi dari situs-situs berita tersebut dapat dijalankan dengan baik dan tanpa hambatan.

Daftar Referensi:
            Biagi, Shirley. 1988. Media/Impact: An Introduction to Mass Media. California: Wadsworth Publishing Company
 Kolah, Ardi. 2016. Guru in a Bottle: Seni Memengaruhi dan Menjual. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
            Margianto, J. Heru & Asep Syaefullah. Media Online: Antara Pembaca, Laba, dan Etika. Jakarta Pusat: Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia. (diakses pada Selasa, 3 Oktober 2017 pukul 19.30 WIB dari https://aji.or.id/upload/article_doc/Media_Online.pdf)
Sumber : Kompasiana.com

Post a Comment

[blogger][disqus][facebook][spotim]

Unib Corner

{facebook#https://facebook.com/unib.corner} {twitter#https://twitter.com/unibcorner17} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCabAbOrEQXOngEET_6S1U7w?view_as=subscriber} {instagram#https://instagram.com/unibcorner}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Theme images by enjoynz. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget