Pernahkah Anda merasa letih pasca berselancar di media sosial dan membaca berita di ponsel?
Kami pernah! Terutama karena admin Kompasiana setiap harinya mengakomodasi artikel yang memuat ragam cara pandang warga. Di antaranya ada yang menuturkan opininya dengan lembut, bijak, dan objektif. Tetapi ada juga yang sedikit galak, galak tapi mellow, berani tapi menolak melayani kolom komentar (kalau kata online shop, ini tipe hit and run), pun ada pula yang tipe pengamat serba tahu, yang penting komentar. Joss!
Meski meletihkan, bagaimana pun juga ini adalah realitas kita yang sedang asyik-asyiknya menggunakan teknologi komunikasi sebagai acuan berita. Pada akhirnya, kita lah yang perlu pintar-pintar memperbarui pengetahuan dan mendewasakan diri supaya tidak tersulut oleh berita-berita bohong dan ujaran yang mengandung kebencian. Di tangan kita juga terletak keputusan: apakah kita ingin memutus rantai penyebaran konten negatif ataukah menjadi salah satu rantainya.
Di Indonesia, penyebaran konten negatif memiliki dampak snowballyang bahkan bisa memobilisasi kekuatan massa. Karena itulah sudah saatnya kita memikirkan strategi untuk tidak melulu menjadi netizen yang reaktif dan membuat letih orang lain. Nah, tepat di Kompasianival 2017, kita akan membicarakan bagaimana sebenarnya situasi dunia maya Indonesia beserta 3 orang yang memiliki kapasitas di bidangnya.
Victor Kamang
Salah satu netizen yang aktif berkicau di dunia maya adalah Victor Kamang. Mungkin Anda pernah mendengar namanya? Atau merupakan salah satu followernya? Sebagai netizen, Victor adalah manusia biasa. Sama biasanya seperti kita yang gemar mengomentari apapun yang sedang menjadi isu hangat. Kontroversial sih pasti, tetapi cuitannya menjadi berbeda ketika ia berupaya membuat orang lain selow dan jangan mudah menghakimi orang lain, dengan selera humor dan parodi-parodi yang biasa dilontarkannya. Ia pun sering mendapat caci maki di media sosialnya, tetapi kerap memilih jalan tawa untuk mendinginkan suasana.
Victor Kamang. Sumber gambar: Instagram narasumber
Yenny Wahid
Putri kedua mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini sangat menyenangkan untuk disimak pendapatnya. Ramah, tuturnya baik, pola pikirnya luas. Wajar saja, wawasannya telah melalui masa penggemblengan dari keluarga dan latar belakangnya sebagai seorang akademisi dan jurnalis media massa internasional ternama.
Yenny Wahid | nasional.kompas.com
Sebagai direktur Wahid Institute sekaligus pelaku di media sosial, Yenny yang bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid ini kerap menyelipkan kritik dan pesan moral yang seturut dengan visi Wahid Institute yang konsisten membangun kehidupan berbangsa yang plural, multikultural, dan menjunjung tinggi HAM serta demokrasi, dari sudut pandang Islam yang toleran dan moderat. Ya, seperti kita ketahui, dewasa ini konten negatif yang beredar di Indonesia kerap merongrong perbedaan pendapat yang didasari ragam SARA.
Kepolisian Republik Indonesia
Tak lengkap rasanya bila kita membicarakan kejahatan digital tanpa melibatkan sosok yang bertindak sebagai regulator. Memiliki Divisi Cyber Crime, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) makin bertaring mengawal keleluasaan berpendapat di dunia digital.
Tetapi masih sedikit yang tahu, bagaimana sih proses pengawalan yang dimaksud? Sejauh apa kapasitas dan wewenang Polri dalam menindak pelaku kejahatan siber? Serta seperti apa hukuman yang mengancam para pelaku tersebut? Dan yang tak kalah penting, kita tentu penasaran dengan sikap Polri mengenai fenomena kejahatan hate speech yang marak belakangan ini. Dan bila kita kaitkan dengan "Kolaborasi Generasi", sepertinya seru kalau kita cari tahu bagaimana Polri yang notabene memiliki anggota berusia matang, memelajari teknologi komunikasi yang lebih dekat dengan dunia kids zaman now? Kalah cerdikkah Polri kita dengan kejahatan digital yang terus berevolusi ini?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto, akan hadir di tengah-tengah kita. Sosok yang sudah piawai menjelaskan pola kerja Divisi Cyber Crime setiap kali merebak isu tindak kejahatan siber, seperti saat hangat isu "Saracen" dan "nikahsirri.com".
Brigjen Rikwanto | nasional.kompas.com
Langsung saja datang!
Nah kan... seru. Pokoknya jangan kelewatan diskusi seru bareng Victor Kamang, Yenny Wahid, dan Brigjen Rikwanto dalam sesi sharing "Netiquette Kebangsaan" di Kompasianival 2017. Karena sekaranglah saatnya menjadi netizen cerdas, supaya kita lebih rajin menimbang-nimbang sebelum berujar atau membuat konten di media sosial.
Jangan lupa daftarkan diri melalui kompasianival.com dan jadilah bagian dari kolaborasi antar generasi!
Sumber : Kompasiana.com
Post a Comment