Setelah lama menjadi "musafir yang harus melewati padang gurun yang tandus," rasa dahaga yang tertahankan itu akhirnya terpuaskan juga tatkala The Reds bertandang ke Stadion Ljudski vrt, markas NK Maribor, Slovenia dalam lanjutan Grup E Liga Champions, Selasa 17/10/2017 kemarin. Tak tanggung-tanggung, The Reds mencukur habis Maribor 7-0 di kandang lawannya itu tanpa rasa sungkan sama sekali!
Bagi para penggemar The Reds yang sudah berjuang lahir-batin "mengganjal mata" agar bisa menonton pertandingan ini, maka hasil pertandingan ini jelas melebihi pengorbanan yang sudah dilakukan untuk tetap melek di depan layar kaca tadi. Senyum manis pun langsung tersungging menemani nyenyak tidur di peraduan sembari memeluk guling yang terlihat grogi itu...
***
Kalah menang adalah hal biasa dalam sepak bola. Kemenangan Liverpool kemarin juga terasa wajar mengingat The Reds dalam posisi yang lebih diunggulkan. Akan tetapi kemenangan ini sangat berbeda terkait beberapa hal :
Pertama, Statistik pertandingan
Seperti biasanya The Reds selalu mendominasi pertandingan yang dilakoninya (kekecualian terutama ketika mereka bertanding melawan Manchester City bulan lalu) Dengan penguasaan bola sebesar 70%, The Reds melakukan total 26 attempt. 14 on target, 7 melenceng dan 5 diblok kiper, dengan hasil maksimal 7 gol! Hasil ini perlu disyukurin bukan saja karena besaran golnya, tetapi karena keberhasilan tim kali ini untuk mengoptimalkan peluang yang ada!
Coba kita bandingkan data statistik anak asuh Klopp ini sebelumnya. Dalam pertandingan melawan Leicester City di King Power Stadium pada ajang Piala Liga Inggris lalu, penguasaan bola The Reds mencapai 70%, dengan melepaskan 21 tembakan. Akan tetapi hanya 3 yang on-target tanpa menghasilkan gol! Sebaliknya dengan The Foxes. Penguasaan bola hanya 30%. Mereka melepaskan 8 tembakan dengan 5 on-target dan menghasilkan 2 gol!
Pada pertandingan Liga Champions melawan Sevilla yang berakhir dengan skor 2-2, The Reds melepaskan 24 tembakan dengan 7 on-target dan menghasilkan 2 gol. Dalam lanjutan pertandingan Liga EPL melawan Burnley di Anfield stadium lalu, The Reds tampil menggila dengan melepaskan 35 tembakan. Akan tetapi hanya 7 yang on-target dan hanya menghasilkan 1 gol lewat Salah. Dari ketiga pertandingan tersebut, The Reds melepaskan total 80 tembakan dengan 19 on-target dan hanya menghasilkan 3 gol!!! Alamak! The Reds terlihat seperti klub besar paling "oon!!!" 80 attempt untuk menghasilkan 3 biji gol...
Kedua, Rotasi pemain
Kali ini Klopp melakukan sedikit perubahan pada susunan timnya. Karius masuk menggantikan Mignolet. Arnold menggantikan Joe Gomez. Moreno sepertinya sudah berhasil mengkavling kembali pos bek kiri miliknya dulu. Wakil kapten, Milner masuk menggantikan kapten Henderson. Formasi Firmansah (Firmino, Mane dan Salah) tetap dipakai dengan Coutinho menggantikan tempat Mane.
Dari semua pemain, hanya Wijnaldum, Can, Matip, Lovren dan Karius yang bermain cukup baik. Sisanya bermain luar biasa baik untuk mengoptimalkan semua sisi lapangan. Selain lini depan yang bermain gemilang, catatan khusus layak diberika kepada Milner. Kemampuan teknis pemain ini memang tergolong biasa-biasa saja, akan tetapi dia selalu memberikan yang terbaik yang dia miliki untuk tim. Entah mengapa musim lalu Klopp meletakkan Milner di posisi bek kiri untuk menggantikan Moreno.
Milner jarang bermain baik pada posisi bek kiri. Dia sering terlambat menutup pergerakan penyerang sayap yang lincah. Bahkan beberapa kali terlihat wing-back seperti Kyle Walker bisa "mengkadalinya." Sejatinya Milner adalah seorang Box to box Midfielder. Itulah posisi aslinya sejak di Aston Villa atau Manchester Biru dulu. Milner memang tak muda lagi, akan tetapi instingnya ada ditengah bukan di bek kiri!
Sejak Mane cedera hamstring, Coutinho kembali bermain pada posisi aslinya, sayap kiri. Coutinho yang gaya bermainnya mirip Ronaldo ini, memulai serangan dari posisi flank (sayap) lalu melakukan cutting inside ke tengah. Dari sini, Coutinho bisa menembak langsung dari luar kotak penalti (sering berbuah gol yang sangat indah) memberikan bola ke posisi kiri (diambil Moreno/Milner) ke kanan (diambil Clyne/Henderson) ke depan (Sturridge/Firmino) atau kesamping untuk ditendang langsung oleh Emre Can/Wijnaldum. Coutinho sejatinya adalah pembagi bola yang sangat baik, setara dengan Gerrard.
Walaupun sering "terlihat" di tengah, namun posisi terbaik Countinho bukanlah ditengah. Dengan konsep gegen pressing Klopp, dimana pemain harus langsung melakukan pressing ketika kehilangan bola, Countinho termasuk pemain tengah yang buruk dalam bertahan atau merebut bola. Posisi di tengah itu termasuk rawan! Ketika pemain lawan bisa melewati Countinho, maka penyerang lawan akan langsung berhadapan dengan Lovren/Matip. Ketika hadangan Lovren/Matip berhasil dilewati atau bola diumpan ke kiri/kanan, maka petakapun terjadi. Lawan akan berhadapan langsung dalam posisi satu lawan satu dengan kiper tanpa ada yang bisa mengcover!
Terlepas dari masih terlihatnya celah di pertahanan The Reds, komposisi pemain kemarin jelas cukup memuaskan Klopp dan para fans...
Ketiga, Pencetak gol
Kalau penyerang Liverpool mencetak gol tentulah merupakan hal yang biasa saja. Tentu saja Klopp bersorak kegirangan ketika timnya mencetak gol banyak. Tetapi kegembiran Klopp itu semakin bertambah terkait duet pencetak gol terakhir timnya. Bukan rahasia lagi kalau Klopp memang menyukai Chamberlain. Tetapi banyak orang mengkritik kebijakan Klopp membeli mantan pemain Arsenal itu. Kini Klopp senang karena dia memang sangat yakin akan prospek Chamberlain kedepan bersama The Reds.
Terkait Trent Alexander Arnold yang bermain bagus, kini justru Klopp yang bingung. Arnold adalah pelapis Joe Gomez, sedangkan Gomez adalah pelapis Clyne. Sebentar lagi pemilik posisi bek kanan yang asli akan pulih kembali. Siapakah yang akan dipasang Klopp? Apalagi Arnold terlihat sangat pede menyisir sisi kiri lawan bahkan tidak segan untuk menembak langsung dari jarak jauh ke gawang lawan...
***
Maribor memang kalah kelas dari Liverpool, dan penampilan The Reds pun dari kaca mata penonton sepak bola "netral" juga tidaklah terlalu istimewa banget. Skor memang besar 7-0, tetapi skor itu tidaklah mencerminkan kalau The Reds bermain kesetanan seperti banteng ketaton! Mereka justru bermain biasa saja.
Tetapi bagi saya pribadi penampilan Liverpool kali ini sangatlah istimewa. Liverpool jarang bermain bagus ketika melawan klub yang kelasnya dibawahnya. Penampilan Liverpool biasanya akan lebih ganas ketika berhadapan dengan klub-klub raksasa yang sarat prestasi.
Itulah sebabnya dalam lanjutan EPL kemarin, Mourinho bertandang ke Anfield bukan dalam rangka "bermain sepak bola," melainkan melaksanakan sebuah misi untuk menghindar dari "kekalahan!" Padahal sebelumnya dia sesumbar kepada media bahwa dia akan memasang striker MU sebanyak-banyaknya untuk menjebol gawang Mignolet. Bagi yang sudah paham akan perangai pragmatis dari Unspecial one ini tentulah tidak akan bingung lagi mendengar bacotnya itu...
Saat ini The Reds bukanlah yang terbaik di EPL. Saat ini yang terbaik adalah sibiru, bukan dari London yang sedang galau itu, tetapi dari Manchester. "Tetangga berisik" yang tidak banyak bacot ini memang pantas menjadi kampiun EPL 2017-2018. Penampilan mereka sangat mempesona, di depan, di tengah bahkan di belakang! Saya bahkan sangat menikmati cara-cara pemain belakangnya ketika bertahan dari tekanan lawan...
Hasil pertandingan kemarin jelas menjadi hal positif bagi para pemain. Secara teknis tidak ada yang kurang dari mereka. Justru faktor Non-teknislah yang kerap mengganggu. Data statistik dari semua pertandingan The Reds jelas menunjukkan di level mana mereka berada. Yang diperlukan adalah kepercayaan diri, ketenangan, konsentrasi dan konsistensi permainan. Musuh itu bukanlah lawan mereka bertanding, karena musuh itu terdapat di dalam diri mereka sendiri, yaitu rasa takut tidak bisa bermain baik! Semoga ke depan para pemain bisa bermain lebih relaks dan bisa memaksimalkan semua peluang yang ada....
Salam hangat
YNWA
Reinhard Hutabarat
Sumber : Kompasiana.com
Post a Comment